ada seorang gadis dia adalah
seorang cewek buta, yang bertanya pada kekasihnya bernama boy.
knp kamu mau mencintai orang buta sepertiku ?
lalu si boy menjawab, ” karena
cinta'qu bukan dengan mata tapi hati, si gadis tersenyum.
Si gadis pun berkata, “jika
suatu hari'qu bisa melihat, ku ingin menikah denganmu...cuma kamu yang bisa
terima aq apa adanya.
dan si boy pun berkata : aq
juga berharap begitu
suatu hari gadis melakukan
cangkok mata, setelah si gadis telah bisa melihat ia mengajak boy untuk
menikah, namun setelah si gadis menemui boy dia bingung, ternyata boy juga buta
!
lalu si gadis
berkata pada si boy, “ aq tak sudi menikah dengan orang buta seperti kamu!! boy pun bertanya: kenapa ?? bukannya kamu udah janji untuk
menikah dengan aq ? aq menerima kamu apa adanya, kenapa kmu tidak ???
gadis menjawab : wajar, orang kamu juga buta !
boy sedih sekali dan
kecewa, kemudian bunuh diri.. tapi sebelum meninggal ia menulis pesan untuk si
gadis yang berisikan seperti ini
" gadis, aku
sedih karena kamu gak bisa tepati janji kamu, tapi ku bahagia karena kamu bisa
melihat indahnya dunia dengan mata pemberianku "
dari cerita di atas kita dapat menyimpulkan bahwa cinta
sejati itu sungguhlah amat besar dahsyatnya sampai boy memberikan matanya untuk
si gadis supaya dy bisa melihat dan mau menikah dengannya tapi toh ternyata si
gadis gak menepati janji nya
satu pesan untuk kalian "jangan sia2kan orang yang
kamu sayang cuma karena fisik dan materi, jagalah cinta sejatimu dan ingat
tepatilah janjimu karena janji adalah hutang !!"
Sebelum
malaikat Izrail diperintah Allah SWTuntuk mencabut nyawa Nabi Muhammad
SAW,Allah SWT telah berpesan kepada Jibril. “Hai Jibril,
jika kekasih-Kumenolaknya, laranglah Izrail melakukan
tugasnya!” Sungguh berharganya manusia yang satu ini.
Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah
saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah,
ayahku sedang demam” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian
ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada
Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”. “Tak tahulah ayahku,
sepertinya orang baru, sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah
wahai anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut” kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat
maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut
bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah SWTdan
penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapanAllah?”
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega,
matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau
tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan
kepadakubagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai
RasulAllah, aku pernah mendengarAllahberfirman
kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammadtelah
berada di dalamnya” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh
Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini.”
Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin
dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau
palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu
itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasihAllahdirenggut
ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena
sakit yang tidak tertahankan lagi. “YaAllah, dahsyat sekali maut
ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku” Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. “Uushiikum
bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu)”. Di luar, pintu tangis mulai
terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai
kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii! (Umatku, umatku, umatku)“.
Dan,
berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Allaahumma sholli
‘alaaMuhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim. Ya Allah,
Berikanlah untuk Muhammad “al wasilah” (derajat) dan keutamaan. Dan
tempatkanlah ia di tempat terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan”.
Betapa
mendalam cinta Rasulullah kepada kita ummatnya, bahkan diakhir kehidupannya
hanya kita yang ada dalam fikirannya. Sakitnya sakaratul maut itutetapi sedikit
sekali kita mengingatnya bahkan untuk sekedar menyebut namanya.
Diriwayatkan
bahawa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada
hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada']. Pada
masa ituRasulullah s.a.w.berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat
ini turunRasulullah s.a.w.tidak begitu jelas penerimaannya untuk
mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. KemudianRasulullah s.a.w.bersandar pada unta beliau, dan unta
beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan
berkata:
"WahaiMuhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan
agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan olehAllah s.w.t.dan demikian juga apa yang terlarang
olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka
bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Setelah
Malaikat Jibril a.s. pergi makaRasulullah s.a.w.pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke
Madinah. SetelahRasulullah s.a.w.mengumpulkan para sahabat beliau, makaRasulullah s.a.w.pun menceritakan apa yang telah diberitahu
oleh malaikat Jibril a.s.. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian
maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna.
Agama kila telah sempurna."
Apabila
Abu Bakar ra. mendengar keteranganRasulullah s.a.w.itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun
kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra.
menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah
sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan
rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang
telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu
merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan
dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku,
kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu
bahawa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan
kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ia menunjukkan perpisahan
kita denganRasulullah s.a.w.. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para
isteri nabi menjadi janda."
Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka
akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan
sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain,
maka mereka pun terus memberitahuRasulullah s.a.w.tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata
salah seorang dari para sahabat, "YaRasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar
ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah
beliau." ApabilaRasulullah s.a.w.mendengar keterangan dari para sahabat,
maka berubahlah mukaRasulullah s.a.w.dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah
Abu Bakar ra.. SetelahRasulullah s.a.w.sampai di rumah Abu Bakar ra. makaRasulullah s.a.w.melihat kesemua mereka yang menangis dan
bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?."
Kemudian Ali ra. berkata, "YaRasulullah s.a.w., Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda
bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar yaRasulullah?."
LaluRasulullah s.a.w.berkata: "Semua yang dikatakan oleh
Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu
semua telah dekat".
Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuanRasulullah s.a.w., maka ia pun menangis sekuat tenaganya
sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepadaRasulullah s.a.w., 'YaRasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang
rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak
memukul unta baginda."Rasulullah s.a.w.berkata: "Wahai 'Ukasyah,Rasulullah s.a.w.sengaja memukul kamu." KemudianRasulullah s.a.w.berkata kepada Bilal ra., "Wahai
Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal
keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas
kepala dengan berkata, "Rasulullahtelah menyediakan dirinya untuk dibalas
[diqishash]."
Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan
mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah
di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah
diperintahkan olehRasulullah s.a.w.untuk mengambil tongkat beliau. "Kemudian Fathimah ra.
berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata
Bilal ra.: "Wahai Fathimah,Rasulullah s.a.w.telah menyediakan dirinya untuk
diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah
manusia yang sampai hatinya untuk menqishashRasulullah s.a.w.?" Bilal ra. tidak menjawab
pertanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka
Bilal pun membawa tongkat itu kepadaRasulullah s.a.w.SetelahRasulullah s.a.w.menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun
menyerahkan kepada 'Ukasyah.
Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan
sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishashRasulullah s.a.w.tetapi kamu qishashlah kami berdua."
ApabilaRasulullah s.a.w.mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar
ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah
kamu berdua, sesungguhnyaAllah s.w.t.telah menetapkan tempatnya untuk kamu
berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku
adalah orang yang senantiasa berada di sampingRasulullah s.a.w.oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah
kamu menqishashRasulullah s.a.w." LaluRasulullah s.a.w.berkata, "Wahai Ali duduklah kamu,
sesungguhnyaAllah s.w.t.telah menetapkan tempatmu dan mengetahui
isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata:
"Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucuRasulullah s.a.w., kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishashRasulullah s.a.w." Mendengar kata-kata cucunyaRasulullah s.a.w.pun berkata, "Wahai buah hatiku
duduklah kamu berdua." BerkataRasulullah s.a.w."Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau
kamu hendak memukul."
Kemudian 'Ukasyah berkata: "YaRasulullah s.a.w., anda telah memukul saya sewaktu saya
tidak memakai baju." MakaRasulullah s.a.w.pun membuka baju. SetelahRasulullah s.a.w.membuka baju maka menangislah semua yang
hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuhRasulullah s.a.w.maka ia pun mencium beliau dan berkata,
"Saya tebus anda dengan jiwa saya yaRasulullah s.a.w., siapakah yang sanggup memukul anda. Saya
melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan
olehAllah s.w.t.dengan badan saya. DanAllah s.w.t.menjaga saya dari neraka dengan
kehormatanmu" KemudianRasulullah
s.a.w.berkata, "Dengarlah kamu sekalian,
sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian
semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa
yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai
'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi
darjat yang tinggi dan bertemankanRasulullah s.a.w.di dalam syurga."
Apabila ajalRasulullah s.a.w.makin dekat maka beliau pun memanggil para
sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua
semogaAllah s.w.t.mengasihi kamu semua, saya berwasiat
kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepadaAllah s.w.t.dan mentaati segala perintahnya.
Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan
dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepadaAllah s.w.t.dan menempatkannya di syurga. Kalau telah
sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah
menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu
kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki,
atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku,
maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku
ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang
akan mensolatkan aku ialahAllah s.w.t., kemudian yang akan mensolat aku ialah
Jibril a.s., kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang
akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah
itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bersolat ke
atasku."
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka
mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "YaRasulullah s.a.w.anda adalah seorang Rasul yang diutus
kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam
penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda
sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul
nanti?." KemudianRasulullah s.a.w.berkata, "Dengarlah para sahabatku,
aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan
telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya
pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialahAl-Qurandan yang diam itu ialahmaut.
Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu
semua kembali kepadaAl-QurandanHadis-kudan sekiranya hati kamu itu berkeras maka
lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."
SetelahRasulullah s.a.w.berkata demikian, maka sakitRasulullah s.a.w.bermula. Dalam bulan safarRasulullah s.a.w.sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh
para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawaRasulullah s.a.w.diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari
Isnin. Pada hari Isnin penyakitRasulullah s.a.w.bertambah berat, setelah Bilal ra.
menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumahRasulullah s.a.w.. Sesampainya Bilal ra. di rumahRasulullah s.a.w.maka Bilal ra. pun memberi salam,
"Assalaarnualaika yaRasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra.,
"Rasulullah s.a.w.masih sibuk dengan urusan beliau."
Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun
kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu
subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumahRasulullah s.a.w.dan memberi salam seperti permulaan tadi,
kali ini salam Bilal ra. telah di dengar olehRasulullah s.a.w.danRasulullah s.a.w.berkata, "Masuklah wahai Bilal,
sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar
mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar
kata-kataRasulullah s.a.w.maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke
masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh
musibah."
Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar
tentang apa yang telahRasulullah s.a.w.katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan
dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar
ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh
rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehinggaRasulullah s.a.w.bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai
Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata:
"Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." KemudianRasulullah s.a.w.memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra.,
laluRasulullah s.a.w.bersandar kepada kedua mereka dan terus
pergi ke masjid. SetelahRasulullah s.a.w.sampai di masjid makaRasulullah s.a.w.pun bersolat subuh bersama dengan para
jemaah.
Setelah selesai solat subuh makaRasulullah s.a.w.pun berkata, "Wahai kaum muslimin,
kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaanAllah s.w.t.,
oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepadaAllah s.w.t.dan mengerjakan segala perintahnya.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini
adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia."
Setelah berkata demikian makaRasulullah s.a.w.pun pulang ke rumah beliau. KemudianAllah s.w.t.
mewahyukan kepada malaikat lzrail a.s., "Wahai lzrail, pergilah kamu
kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut
ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali.
Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia
izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak
mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."
Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dariAllah s.w.t.maka malaikal lzrail pun turun dengan
menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumahRasulullah s.a.w.maka ia pun memberi salam,"Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir
risaalati a adkhulu?"
(Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni
rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah
mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hambaAllah,Rasulullah s.a.w.sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin
berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan
kali ini seruan malaikat itu telah didengar olehRasulullah s.a.w.danRasulullah s.a.w.bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai
Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata,
"YaRasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan
aku telah katakan kepadanya bahawa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya
dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya."
KemudianRasulullah s.a.w.berkata; "Wahai Fathimah, tahukah
kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah, "Tidak ayah."
"Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam
nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan
semua rumah serta meramaikan kubur." Fathimah ra. tidak dapat menahan air
matanya lagi setelah mengetahui bahawa saat perpisahan dengan ayahandanya akan
berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. ApabilaRasulullah s.a.w.mendengar tangisan Falimah ra. maka beliau
pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang
pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." KemudianRasulullah s.a.w.pun mengizinkan malaikat lzrail masuk.
Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum yaRasulullah." LaluRasulullah s.a.w.menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai
lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka
berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan
untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan
maka aku akan kembali." BerkataRasulullah s.a.w., "Wahai lzrail, di manakah kamu
tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit
dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian
Jibril a.s. pun turun dan duduk di dekat kepalaRasulullah s.a.w..
ApabilaRasulullah s.a.w.melihat kedatangan Jibril a.s. makaRasulullah s.a.w.pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah
kamu bahawa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril a.s., "Ya aku
tahu"Rasulullah s.a.w.bertanya lagi, "Wahai Jibril,
beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisiAllah s.w.t"
Berkata Jibril a.s., "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para
malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah
dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu."
BerkataRasulullah s.a.w.: "Alhamdulillah, sekarang kamu
katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril a.s.,
"Allah s.w.t.telah berfirman yang bermaksud,"Sesungguhnya aku telah melarang semua
para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku
juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga."
BerkataRasulullah s.a.w.:"Sekarang
aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." KemudianRasulullah s.a.w.berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah
kamu kepadaku." Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila
ruh beliau sampai pada pusat, makaRasulullah s.a.w.pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah
dahsyatnya rasa mati." Jibrila.s. mengalihkan pandangan dariRasulullah s.a.w.apabila mendengar kata-kata beliau itu.
Melihatkan telatah Jibril a.s. itu makaRasulullah s.a.w.pun berkata: "Wahai Jibril, apakah
kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril a.s. berkata: "Wahai kekasihAllah,
siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul
maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruhRasulullah s.a.w.telah sampai di dada beliau telah
bersabda,"Aku
wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah
diperintahkan ke atasmu."
Ali
ra. berkata: "SesungguhnyaRasulullah s.a.w.ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan
kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya denganRasulullah s.a.w.berkata: "Umatku, umatku." Telah
bersabdaRasulullah s.a.w.bahawa: "Malaikat Jibril a.s. telah
berkata kepadaku; "WahaiMuhammad, sesungguhnyaAllah s.w.t.telah menciptakan sebuah laut di belakang
gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu,
kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah
kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu."
Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari
yang sejak pulang dari sekolah tadi tak keluar-keluar dari kamarnya. Padahal
jam dinding hadiah dari temannya sudah menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti
adzan magrib semakin dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh!
Susahnya, ia membanting napas kesal isi buku yang dibacanya dari tadi belum
masuk juga ke otaknya. Karena capek, ia selonjoran di kasur bunga mawarnya itu.
Tapi ia malah teringat oleh mantannya. Ditariknya foto tu dari dompetnya. Huh,
seandainya! Adu, dia melulu. Malas ah!
Ia sekejap langsung menyembunyikan benda
kenangannya dengan Audra itu di dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang
hitam itu mengeluh, namun penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak pergi-pergi
juga. Iih, Tari menggumam. Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga dewasa,
kurang bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?
Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat sosok yang dikenangnya itu
memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya.
Memang sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu, pintar, berkulit cokelat,
wajahnya yang bersih, dan bertubuh tinggi itu bukan termasuk tipe Tari. Tapi ia
sulit untuk memutuskan putus atau tidak pada saat itu. Selama ini semenjak
putus dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal seandainya ia bisa lebih
berpikir dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya,
ia mending terlintas kenangannya dengan Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang,
tamparan bapaknya ke bundanya itu sampai menggerakkan gendang telinganya.
Bapak, Bapak! Cukup! Tari berlari menangis. Tak heran kalau Tari terkadang
berdiam diri di kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan
misteri. Tapi sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat
bertahan dengan kondisin keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting,
yang menandakan jam istirahat telah usai. Namun Tari masih tetap duduk terenung
di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya.
“He, itu itu
Audra!” Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan sih! Kalau kamu suka dia jangan kayak
gini dong! Alah yang suka aku apa kowe, Ihiir!! Yanti menyindir sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang sejak
kemarin ia terus menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar bundanya
yang tak sengaja mengingatkan bapaknya untuk tidak merokok dan pulang malam.
Yan, aku tuh udah putus dengannya! Tari menyela sobatnya denan menahan ketawa
sebab melihat wajah Yanti yang berekspresi kayak “Aming” komedian itu.
Tentu saja Tari
nggak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan menangisi takdirnya.
Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran
kehidupannya yang menyedihkan.
Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi
pikirannya masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi
kekasihku! pasti masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya
nasibku. Eiiiiihh!! Teriakannya membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal
dari Bejo yang menepuk bahu Tari.
“Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar!” Bejo pura-pura tak ngerti
kesalahannya. Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik,
guru paling killer di sekolah.
“Tari! Maju ke depan.”
“Oh, My God!”
“Bilang apa kamu
tadi ?”
“Ndak Bu, ndak!”
Semua teman Tari
tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu Tartik mendengar ketawa
mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka terlihat sedang berpikir
sesuatu.
“Ono opo ya ma Tari ?”
“Iya ya, ada apa
dengan Tari, apa gara-gara aku ?”
Teman sebangku
Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan kata-kata seperti itu. Dan
membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka berdua masih saling
suka.
Tapi…………
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
“Tariiiii, kamu
itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan menganggu
pelajaran Ibu!” muka Tari yang memerah membuat dirinya tampak habis makan 100
cabe merah keriting yang biasa dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan
bundanya.
Tet tet tet tet tet tet…………
Untung
penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan telinga itu
menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya juga
terselamatkan. Karena mereka ingin sekali tak mengikuti pelajaran ini. Tapi
begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.
“Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!”
“Iya Bu.” Tari
dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik keluar dari kelas, Yanti
dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar Tari. Tar kowe kenapa?
“Iya, kamu kenapa ?”
Oh My God,
Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar ketika Audra
menghampiri dan perhatian kepadanya.
“Aku nggak
apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma……..”
“Cuma ngelamunin
kamu Dra.” Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti membela sobatnya.
“Bejo! kowe ojo ngono.”
“Nggak nggak,
aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ?” Tari mengalihkan suasana dan itu
berhasil.
“Ya uda, aku pulang dulu ya.” Audra melirik Tari dengan senyumnya yang bisa
membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.
“Tar, kowe
bener-bener pusing ta ?”
“Ehmm, nggak
sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang usil itu, aku jadi
dicereweti Bu Tartik deh.”
“Ooo, emang kowe
tuh!”
“Eeemang!!!”
Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti segera pulang dengannya.
Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna biru berlabelkan
“AMG”(Arjosari-Gadang) itu.
Jam 7 malam …………
Bapak sedang
menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau bicara dengan
Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada keluarga teman Bapak yang
mau melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah
selesai.
“Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.”
“Kamu bisa
tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru menikah dengannya!”
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah bicara A,
maka Tari harus mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat
apa. Tari bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar
Tari dan setelah bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.
“Sabar ya
anakku, Bunda selalu disini menemanimu.” Mereka menangis berdua. Keesokan
harinya Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu capek. Capek
menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau hanya kebetulan saja, Audra juga
tak masuk. Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya itu, ada
perbincangan antar keluarga.
“Papa, Audra tak mau dijodohkan!”
“Nak, dia baik
buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting sekarang kamu siap-siap untuk
sore nanti!”
“Pa!!!”
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan
dilamar. Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya berwarna putih
jika dipakenya akan pas di badannya yang ramping itu. Bunda, aku mau dengan
perjodohan ini hanya karena agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari memperjelas
alasannya kepada Bundanya. Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke halaman
rumah Tari dan berhenti tepat di depan teras. Bapak menyambut keluarga itu.
Namun ada yang aneh, anak laki-laki dari keluarga itu terlihat murung dan malas
sama seperti Tari. Selamat datang! Silahkan masuk. Bapak mempersilahkan mereka
masuk.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih mengkilat
itu dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan menemui
keluarga pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah
terbuka yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa
kamu?kamu?? Tari terheran dengannya.
“Ya benar, aku Audra!” Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam apakah ini?
Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra dan ……………
“Tar,Aku sayang
kamu!”
“Aku juga Dra,
aku sayang kamu!”
Unsur Intrinsik
1.Tema: Percintaan dan takdir
2.Amanat:
a.Dalam menghadapi hal apapun harus bersikap dewasa dan
berpikir panjang.