KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ingin mrngucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati saya sehingga karya tulis ini
dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang
telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan sempurna
dalam karya tulis ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
saya miliki. Di mana saya juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa saya
memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, saya bersedia menerima kritik dan
saran dari pembaca yang budiman. Saya akan menerima semua kritik dan saran
tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis saya di masa
datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat
diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini saya mengharapkan
banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan
adanya karya tulis ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks
dan formalin sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan
lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang
diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Saya juga mengharapkan kinerja
yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang
merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia
dapat lebih terjamin dan sehat.
Kayuagung, Maret 2008
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………….…………
ii
Daftar Isi…………………………………………………………………..………… iii
Abstraks ……………………………………...……………………………….…….. iv
Daftar Isi…………………………………………………………………..………… iii
Abstraks ……………………………………...……………………………….…….. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah………………………………………………………….1
1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….……………………..1
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…………...1
1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..…………………...2
1.5 Metode Penelitian………….……………………………………………………..2
1.6 Hipotesa…………………....……………………………………………………..2
1.7 Manfaat…………....……………………………………………………………...3
1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….……………………..1
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…………...1
1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..…………………...2
1.5 Metode Penelitian………….……………………………………………………..2
1.6 Hipotesa…………………....……………………………………………………..2
1.7 Manfaat…………....……………………………………………………………...3
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1 Pengaruh
Boraks dan Formalin Pada Kesehatan…………………………………4
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian…………….……………………………………………………...6
3.2 Sumber Data…………………………………………………………… ………...6
3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….….6
3.4 Teknik Analisis Data……………………………………………………………...6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian…………….……………………………………………………...6
3.2 Sumber Data…………………………………………………………… ………...6
3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….….6
3.4 Teknik Analisis Data……………………………………………………………...6
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………….7
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin………………………………………………….7
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan……………………...7
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks…………………....9
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia……….10
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin………………………………………………….7
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan……………………...7
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks…………………....9
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia……….10
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan……………………………………………………………………….12
5.2
Saran………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA………….…………………… ……………………………….13
DAFTAR PUSTAKA………….…………………… ……………………………….13
iii
ABSTRAKS
Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang
ini banyak kejadian penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet
makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika
penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai
penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut.
Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang
berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah
harus dapat dengan bijak memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus
tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan
berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan
formalin. Berbagai solusi saya tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut
tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan
banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada
masyarakatnya yang terlibat langsung.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian,
hipotesa dan manfaat.
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai
campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia
dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk
makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan
kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat
berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena
ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki.
Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk
di masa depan. Oleh karena itu, saya berusaha merangkum sedemikian rupa dan
mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi
hal yang sangat penting.
1.2 Pembatasan Masalah
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah
bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam
industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini saya akan berusaha membahas
pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta
bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan.
Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada
pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal
ini dan mencegah terjadi lagi.
1.3 Perumusan Masalah
- Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
- Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya?
1
- Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?
- Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
- Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?
1.4 Tujuan Penulisan
- Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
- Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya.
- Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
- Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan.
1.5 Metode
Penulisan
Pada penulisan karya tulis ini saya menggunakan satu
metode, yaitu dengan angket. Di
mana angket akan saya
sebarkan dengan jumlah 25 lembar. Di mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.
1.6 Hipotesa
Boraks dan formalin merupakan
bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat
juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak
ada kaitannya dengan makanan.
Jenis pangan yang menjadi
sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya adalah tahu, tempe , bakso dan ikan
asin.
Akibat dari penggunaan boraks
atau formalin pada produk pangan adalah berbagai gangguan pada saluran
pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang berselaput yang
terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kanker bahkan kematian.
Sebenarnya pemerintah telah
berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan formalin pada produk
makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang tegas dan
tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering
melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan
memakan makanan yang mengandung boraks atau formalin.
2
1.7 Manfaat
Ø Dapat mengetahui ciri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet
sehingga dapat menghindarinya.
Ø Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalin
pada produk pangan.
Ø Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan
dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Ø Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan
formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Pengaruh Boraks dan Formalin
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di
berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu,
dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah
larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa
digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari
boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci
mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat
kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh
diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk
dalam tubuh.
Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan:
a. Tanda dan gejala akut :
- Muntah-muntah
- Diare
- Konvulsi
- Depresi SSP (Susunan
Syaraf Pusat)
b. Tanda dan
gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang
digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan
dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat,
dan mudah larut dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap
kesehatan adalah sebagai berikut.
a. jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan
tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan
kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan
b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan
d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa
perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan
saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
4
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila
memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh
dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya,
seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu,
karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan
yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya.
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin
dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah
digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan
pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks
dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh
makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah
bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat
berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam
konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita
tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang
digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung
formalin dan boraks.
Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan
formalin dan boraks:
- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan
empuk, teksturnya bagus dan renyah.
- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang
berwarna merah tua
dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga
lebih dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang saya gunakan adalah penelitian
korelatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan
data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut saya menghubungkan
data-data yang saya dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu saya
juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan.
Sehingga diharapkan penelitian saya bisa menjadi penelitian yang benar dan
tepat.
3.2 Sumber data
Sumber data saya adalah beberapa siswa SMA, yang kira-kira saya
ambil sample adalah 25 siswa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang saya gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket saya dapat menyimpulkan,
melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan
jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan
yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.
3.4 Teknik Analisis Data
Cara saya dalam menganalisis data yang saya dapat yaitu
dengan pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang
diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu saya mulai menghitung jumlah data,
setelah itu saya mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada
angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai
dengan jenis penelitian saya, saya menghubungkan data-data yang satu dengan
yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, saya
menuangkannya dalam karya tulis ini.
6
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin,
dampak penggunaan boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang
mengandung boraks dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil
angket sebelumnya.
4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin
4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin
Menurut hasil angket saya, didapatkan bahwa yang
mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin adalah 20 orang dan yang
tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah 5 orang, dari
total 25 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui
secara persis apa itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak
mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam persen maka 75 % responden
menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan 25 % lainnya tidak begitu
mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan
akan boraks dan formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan
kita semua mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat
menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga
dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks
dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari
masyarakat.
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan
Melalui hasil angket yang telah saya sebarkan sebelumnya,
didapat hasil bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hampir
sama dengan responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin
pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada
makanan adalah 15 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 8 orang sedangkan
yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi
adalah sebagai berikut :
- Jawaban A : 45%
- Jawaban B : 5%
- Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh kita?
7
a.
Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet
untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia
akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas
dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala
lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
· Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
· Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
· Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,
kebutaan
· Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan
jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan,
kejang, koma dan kematian.
b. Boraks
b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif
dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
· Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan
Syaraf Pusat)
· Tanda dan gejala kronis
· Tanda dan gejala kronis
-
Nafsu makan menurun
-
Gangguan pencernaan
-
Gangguan SSP : bingung dan
bodoh
-
Anemia, rambut rontok dan
kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat
berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam
konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita
tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap
membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung
formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan
formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.
8
4.3 Makanan yang Biasanya
Mengandung Formalin atau Boraks
Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah
saya sebarkan, jumlah responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah
makanan yang paling sering diberi formalin sebanyak 16 orang, sedangkan yang
memilih ikan sebanyak 5 orang, dan 4 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut
makanan-makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka
konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 18 orang, 5
orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.
Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA
beranggapan bahwa tahu dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi
formalin atau boraks. Tahu dan bakso memang cukup dikenal sering diberi
formalin maupun boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering diberi
formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia
tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati
peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah
menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan
berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.
Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata
responden banyak menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan
bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan
yang biasanya mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap
sering mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling
sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena siswa
SMA percaya bahwa para pedagang di Kantin pasti tidak memberikan formalin
maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak takut untuk mengonsumsinya.
Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah
berbahaya bila termakan. Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling
banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen
tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih
makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi
boraks maupun formalin.
Oleh karena itu, di bawah ini saya paparkan mengenai ciri-ciri dari
beberapa makanan yang diberi boraks maupun formalin:
4.3.1 Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi
tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan
lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak
menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie
normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang
lebih kenyal.
9
4.3.2 Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat,
karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita
perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan
secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras
dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan
berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin
tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu
juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
4.3.3 Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima
hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.
4.3.4 Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku
dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25
derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
dan warna daging ikan putih bersih.
4.3.5 Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan
keras, bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian
dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi
lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak
sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan
bersih, cerah.
4.4 Peran Pemerintah dalam Memberantas Boraks dan Formalin di Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia
sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil
langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata
penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh
BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy,
classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no.
722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan
melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam
proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek
keamanan pangan, & UU No. 71/1996.
10
Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya
dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan
undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas
seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan
formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.
Dari data angket yang saya sebarkan ke beberapa
responden, terdapat pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah
ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 3 orang
menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 9 orang menjawab upaya pemerintah
sudah lumayan, dan terakhir 13 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama
sekali.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya
pemerintah masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya
pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah
kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah
yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya
lebih gencar dalam menangani masalah ini.
11
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan
formalin secara pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu
mengetahui apa itu boraks dan formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
5.2 Saran
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini saya ingin
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks
dan formalin, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan
sesuai fungsinya.
Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak
membelinya bila sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.
Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan
pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti
melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja
menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak
secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang
pembeliannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org
http://www.gizi.net
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org
http://www.gizi.net
13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar